Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme
Dr. Petrus Darmadi
Sabtu tgl 20 februari ini BLC Telkom Klaten kembali kedatangan tamu spesial, beliau
adalah Dr. Petrus Darmadi. Dr. Petrus kembali mendatangi BLC Telkom
Klaten untuk menyampaikan beberapa materi pembangun jiwa. Kata-kata
motivasi pembangkit semangat, dan juga sebagai renungan untuk diri kita.
Pada kesempatan ini , Dr. Petrus menyamkpaikan materi mengenai
wawasan kebangsaan dan nasionalisme. Sebelum materi disampaikan, kita di putarkan sebuah film penggugah jiwa. Kisah seorang
gadis kecil berusia 8 tahun dari China, yang rela menerpa kerasnya perjuangan hidup
demi merawat ayah angkatnya yang sakit sakitan. Hutan belantara ia lalui setiap
harinya guna menuntut ilmu setiap harinya. Sesampai di rumah, tak berhenti ia
beraktivitas. Ia harus merawat ayah angkatnya yang sakit. Namun siapa
sangka, dengan berbagai tantangan dan ujian yang ia hadapi, gadis kecil
itu selalu mendapat nilai terbaik di sekolahnya mulai dari 99,95,91, bahkan ia berhasil
meraih penghargaan.
Sungguh, sebuah kisah yang sangat menginspirasi. di usia yang sedewasa ini saya belum bisa membuat orang tua
saya bangga dengan apa yang telah saya lakukan selama ini . bahkan sering dari jiwa
ini merasa hebat, merendahkan sosok ayah dan ibu yang sudah terlalu
lelah demi mencukupi kebutuhan saya setiap harinya.
Hanya air mata yang bisa melukiskan bagaimana perasaan saya saat
ini. Ucapan maaf dan do'a selalu terlantun dari mulut ini untuk kedua
orang tua saya. Namun, apakah itu sudah cukup? Tentu tidak. Atas ridho
ibu bapak di manapun, kini saya selalu berusaha untuk menjadi anak yang bisa membahagiakan orang tua saya kelak.
Perenungan dilanjutkan dengan do'a, lalu masuk ke materi utama.
Sebelum Dr. Petrus menyampaikan materi, beliau memberikan kami sebuah
pertanyaan melalui sebuah analogi. Satu kotak pensil, dengan isi
beberapa ballpoint berbagai macam warna. dan kita disuruh berpendapat
mengenai hal itu, dan akhirnya ditemukanlah suatu jawaban. Keberagaman
itu indah.
Beliau mengutip salah satu ayat suci Al-Qur'an untuk meperkuat
pendapat itu. Memang beliau seorang Katholik, namun hebatnya adalah
Beliau mau untuk menerima kebenaran dari arah manapun. Sungguh figur
yang patut dicontoh. Seseorang yang sangat bijak dalam hal toleransi
beragama.
Jangan jadikan agama sebagai alasan untuk perpecahan. karena pada
hakikatnya semua manusia terlahir dalam keadaan suci. Hitam putih hidup
seseorang, tergantung pada siapa yang melukisnya. Agama adalah pilihan,
pilihan untuk menuju suatu kebenaran. Kita adalah negara yang beragama.
Sudah sepatutnya lah Pancasila kita amalkan. Jangan pernah menutup diri
untuk sebuah kebenaran. Namun, kita juga tak boleh mencampuri urusan
agama lain. "Bagimu agamamu, bagiku lah agamaku". Kutipan ayat Al-Qur'an tersebut juga selaras dengan suatu piagam yang diciptak Rasulullaw SAW, yaitu Piagam Madinah yang sangat menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama.
Allah SWT menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku,
agar saling mengenal dan mengasihi. Sudah sunatullah jika kita dalam
hidup akan berkumpul dengan berbagai macam karakter manusia. Hidup
bersosial harus lah menerapkan prinsip keorganisasian. Karena setiap
manusia diciptakan dengan karakter yang berbeda-beda, maka kita harus
mengalahkan egoisme demi kepentingan bersama.
Setiap manusia memiliki potensi pada dirinya masing-masing. Sudah
seharusnya jika kita harus tahu diri dan tahu potensi kita berada di
bidang apa. Tidak ada manusia yang bodoh. Tidak ada sesuatu apapun yang
dapat menghalangi manusia untuk menjadi pintar, kecuali rasa malas dan
tak tahu diri, ataupun mengenal lingkungan.
Tahu diri berarti mengetahui dimana potensi dirinya. Kapan ia
harus bekerja, dan tahu untuk apa ia hidup. Manusia harus bisa
menganalisa potensi dirinya sendiri. Selain itu, management proyek juga sangat diperlukan. Analisis diri Anda dengan analisis SWOT (Strenght , Weakness, Oportunitie, Treathment). Selain itu, gunakan prinsip POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) dalam management proyek Anda.
Bangsa ini adalah bangsa yang dibangun oleh orang-orang
hebat. Kita bukanlah keturunan orang-orang yang lemah. Kita bisa bangkit
menjadi seperti Ir. Soekarno, KH. Abdurrahman Wachid, ataupun tokoh
hebat lainnya. Asalkan kita mau berusaha dan belajar lebih keras,
menjadi orang yang tahu diri, dan bisa mengembangkan potensi yang
dianugerahkan Allah SWT kepada kita.
Kita sebagai bangsa Indonesia harusnya mampu berdaulat (politik),
berkepribadian (budaya), dan memiliki kemandirian serta berwawasan
nusantara. Namun sayangnya, banyak orang yang tertidur dan lupa akan
budaya ketimurannya tersebut. Bahkan mungkin kita termasuk dari mereka.
Jika pribumi Indonesia mampu memanfaatkan kekayaan alam yang ada,
tanpa campur tangan bangsa asing, tak mustahil jika kelak akan tercapai
sebuah negara yang darussalam. Darussalam berarti aman, dan sejahtera. Kembalikan negara ini ke konsep ammar ma'ruf nahi munkar. Hablum minallah, hablum minannass. Selalu
mengajak sesama manusia berbuat baik, dan menjaga berbuat kemungkaran.
Menjaga hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan
manusia.
Jika konsep itu tak diterapkan, kehancuran negeri ini sudah di
ambang pintu. Bangsa asing tak lagi menjajah negara ini dengan kekerasan
fisik, tetapi mereka berusaha menghancurkan mental dan moral bangsa
ini. LGBT (Lesbian, Gay, Bisex, Transgender), terorisme, korupsi, PNS
bolos kerja dan bentuk kejahatan dan kerusakan mental apapun telah marak
terjadi di negeri ini. Sungguh peristiwa yang menyedihkan.
Marilah sebagai sesama anak bangsa, kita kembangkan potensi diri
kita. Mari kita contoh para pejuang terdahulu. Mereka rela berkorban
untuk kemajuan bangsa ini. Mari segera bangkit. Jangan pernah menunda
tugas yang telah diwajibkan bagi kita. Man jadda wajada. Siapa yang
bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.
0 comments:
Post a Comment